Sebelumnya terimakasih dulu kepada :
1. DIKNAS Kota Malang
2. SMAN 10 Malang
Karena tanpa dukungannya saya tidak tahu apa-apa :)
Untuk lebih jelasnya saya ambil berita dari website SMAN 10 Malang aja :)
meluncurrr....
SMAN 10 Malang memang sekolah yang penuh dengan prestasi. Tidak hanya
siswa-siswinya saja namun Bapak/Ibu gurunya tak kalah hebat. Beberapa
waktu yang lalu, Pak Avo Satriyatma,S.Pd, guru TIK SMAN 10 Malang Kampus
I tersebut menjadi guru terbaik dalam Presentasi Workshop Pengembangan
Perpustakaan Elektronik melalui Media Pembelajaran Interaktif. Workshop
ini yang dilakukan selama 5 hari di Hotel Royal Orchid, Batu mulai
Selasa (23/04) sampai Sabtu (27/04).
Judul acara “Workshop Pengembangan Perpustakaan” menjadi sesuatu yang
tak terduga bagi Pak Avo. Bapak guru muda ini tak menyangka jika dalam
rangkaian acara workshop, diadakan pula praktek pembuatan software
bernama Autoplay.
|
Malang Post 14 Mei 2013 |
Ketika ditanya tentang persiapan apa untuk menghadapi lomba tersebut, Pak Avo justru tertawa. “
Disinilah lucunya. Saya saja tidak tahu kalau ada lomba-lombanya.
Sebenarnya, ini bukan lomba. Judulnya saja ‘workshop’ dan sayapun juga
bersama Pak Fendy, Pustakawan. Awalnya memang kita diberi materi tentang
autoplay oleh dosen-dosen yang sudah S3 di UM. Barulah kita disuruh
bikin softwarenya”.
Awalnya, beliau mengaku bahwa di hari pertama, beliau sedikit
ogah-ogahan. Duduknya di bagian pojok paling belakang lengkap sudah
menambah suasana membosankan. Pak Avo merasa tidak percaya diri karena
yang diundang adalah guru-guru TIK SMP, SMA , dan SMK di Kota Malang.
Bahkan di hari pertama, yang beliau kerjakan hanyalah meng- install
software, tak ada yang lain. Demikian pula di hari kedua, tak banyak
materi yang terserap oleh beliau. Ketika mencoba membuat software pun
beliau belum menemukan ide cemerlang, tak ada inspirasi.
Namun berbeda di hari ketiga, rupanya sebuah hidayah telah jatuh
kepangkuan Pak Avo. Beliau berniat untuk sungguh-sungguh mengerjakan
sorfware ini dengan mengerahkan segala kreatifitas beliau. Walaupun
sedikit minder karena beliau merasa banyak guru yang lebih berpengalaman
terutama mereka yang mengajar di SMK yang setiap harinya mengajar lebih
banyak.
“Tujuan software ini sebenarnya untuk memudahkan dalam menampilkan
berbagai jenis program yang mudah dan lengkap. Mungkin ini sejenis
flash. Namun, satu kekurangannya, katanya sih, tidak bisa menampilkan
power point. Saja jadi penasaran dan saya coba mengutak-atik sendiri”,
papar beliau.
Pak Avo yang basicnya belajar bahasa pemrograman, cukup mendapatkan
kemudahan dalam menelusuri misteri power point tersebut. Dengan segala
kreatifitas, beliau juga membuat design-design tampilan yang menarik.
Pembuatan software ini memakan waktu sekitar 2 hari. Hari Jumat saatnya
finishing, sebab Hari Sabtu sudah tidak ada kegiatan pembuatan software.
Tak ada kesulitan yang berarti bagi Pak Avo karena ini hal yang beliau
senangi.
Tak disangka, Pak Avo membuat suatu penemuan. Power point yang
katanya tak bisa ditampilkan, ternyata bisa bekerja dan berhasil
dibuktikan. Alhasil, ketika beliau melakukan presentasi di depan para
dosen S2 dan S3 serta semua guru TIK yang hadir, beliau mendapat
tanggapan positif.
“ Wah, saya sangat senang sekaligus tidak menyangka. Saya mengajari
para dosen S2, S3 dan semua audien. Mereka mengatakan ini sebuah
penemuan. Ketika teman saya mendapat 13 voting audien, saya sudah tidak
percaya diri. Eh, ternyata saya justru dapat 24 orang. Alhamdulilah”.
Semuanya memang serba surprise, tak ada angin tak ada hujan, sebuah
bingkisan juga disediakan bagi guru terbaik tersebut. Sebenarnya, selama
mengikuti workshop tersebut, intisari yang bisa dipetik oleh Pak Avo
adalah betapa pentingnya sekolah yang berbasis ICT. ICT bukan sebagai
pameran belaka maupun hanya untuk bersenag-senang. Namun, ICT dapat
mempermudah siswa-siswi dalam belajar. (cin)